![]() |
Melihat diam-diam. Itulah kebiasaan
Nara akhir-akhir ini setelah mengetahui sebuah perasaan semu kepada sesosok
teman pria sekelasnya. Pria yang membawanya dalam keadaan yang lagi-lagi
menyakitkan. Cinta Sepihak. Setidaknya, itulah pemikiran nara setelah nara
mengetahui perasaan yang sebenarnya. Karna yang ia ketahui, pria yang bernama
agsan itu sudah punya kekasih. Huh, nara
paling benci dengan yang namanya cinta
sepihak. Karna ia pernah merasakan rasa itu waktu SMP dulu, rasa dimana orang
yang kau cintai tak bisa membalas perasaanmu saat itu juga. Rasa menyakitkan
itu, rasa yang membuat ia menyiakan-nyiakan waktunya yang berharga hanya untuk
mencintai 1 orang pria. Dan kini, setelah rasa itu telah perlahan-lahan
menghilang, muncul lah sosok pria yang membuat ia mengalami kejadian itu lagi.
Serasa dunia tak adil padanya. Merasa bahwa dunia begitu kejam.
‘Apa yang harus aku lakukan?
Sejatinya, aku tak menginginkan perasaan ini. Tapi, aku juga menginginkan dia
untuk menjadi milikku. Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?’, tanya nara pada
angin sambil melamun.
“hei, awas nanti kesambet loh! Kan,
kata pak sam, di kelas kita ini banyak hantu berbulu yang konon katanya, hantu
berbulu itu suka merasuki orang yang sering melamun seperti kau!”, seru jihan
setelah menepuk kedua tangannya seraya diarahkan ke wajah nara.
“eh, iya iya.”,
“memangnya apa yang lamunkan, punya
masalah yah, cerita donk!”, paksa jihan
“enggak kok, bukan masalah penting.
Bukankah, nanti ada ujian lisan? Kau tak belajar apa?”, jawab nara sambil
bertanya untuk mengalihkan pembicaraan yang bisa-bisa membuat jihan malah Tanya
terus seperti kata-kata jawa “takok terus sak oyot-oyot te”, hahaha.
“Ooh iya ya.”, kata jihan sambil
tepuk jidat sebelum mengeluarkan buku matematika yang akan menjadi ujian lisan
kali ini.
~~
Bergegas ke perpustakaan adalah
tujuan nara kali ini. Ia ingin mengembalikan contoh soal yang membuat ia mudah
mengerjaka ujian kala itu. Nafasnya
tercekat sesaat setelah sampai di depan pintu perpustakaan. Dengan kedua mata
kepalanya sendiri serta hati yang turut terluka meyaksikan 2 orang berlainan
jenis sedang tertawa bersama. Memang apa salahnya pasangan yang akhir-akhir ini
jadian saling mengumbar lelucon satu sama lain, memang siap yang melarang.
Tapi, pria itu, pria yang berada di samping gadisnya adalah pria yang setengah
mati ia cintai beberapa bulan ini.
“Maaf permisi..”, sopan nara yang
di balas dengan anggukan oleh sang pria sebelum kembali bercanda ria. Otaknya
buntu, hatinya kecewa, perasaannya marah, bukan karena apa, tapi, pria itu,
pria itu bahkan tahu bahwa nara menyukainya.tapi kenapa seolah-olah, pria itu
tak mengetahui apapun. Dulu, dimana
sikap nara yang sangat kentara padanya, sikapcuri-curi pandang, dan coret-coret
nama gabungan mereka –nasan—di beberapa meja yang kursinya berhasil ia
duduki. apalagi semua teman karib dan
teman biasanya banyak yang mengetahui bahwa gadis itu mencintai pria itu.
Sehingga, sangat mudah pria itu ketahui bahwa teman satu kelasnya itu
mencintainya. Tapi, apa yang ia perbuat sekarang, tidak bisa menjaga perasaan
wanita yang mencintainya. Memang benar adanya, bahwa nara bukan siapa-siapanya.
Tapi pikirkan lagi, nara sangat mencintai pria itu, di matanya Nampak sesosok
lelaki yang sempurna setiap memandang pria itu, yah, meski tak ada manusia yang
sempurana. Tapi, mau dikata apa, cinta memang membutakannya.
Ia bergegas pergi dari perpustakaan
yang pada hari itu juga ia kutuk. Ia tak menangis, ia tak akan mau menangis di
sekolah, apalagi di depan seorang pria yang bahkan tak akan pernah bisa
memandangnya. Mungkin dirumah, ia akan menangis sepuas-puasnya.
‘Maafkan aku, aku bukan yang terbaik untukmu. Terima kasih
telah mencintaiku, Nara.’
Sebenarnya, lelaki itu sedikit
punya perasaan pada nara karna lambat laun sikap nara padanya membuat ia kagum
pada sosok nara meskipun gadis itu tidak cantik menurut teman-temannya. Tapi,
mereka yang saat itu masih polos, masih belum mengerti arti cinta sesungguhnya.
Cinta yang dimana adalah perasaan pada seseorang tanpa punya alas an yang jelas
kenapa mereka saling mencintai. Cinta bukan tentang dimana kita merasa bahwa
tak pantas untuknya. Tapi cinta selalu berada pada batas yang untuk selamanya
tak akan ada kata tak pantas. Karna cinta tak butuh saling menyamakan, tapi
cinta itu butuh yang namanya saling
melengkapi.
SELESAI

No comments:
Post a Comment
Terima Kasih Atas Kunjungannya.